sElamat


Sabtu, 08 Desember 2012

Contoh Drama 11 ORang



1. Raja Indrapandita               ( Rohman . M )
2. Putri Denda Wingi              ( Lisa )
3. Putri Sini Mari                     ( Nikmatul )
4. Putri Dae Muni                   ( Nurjamila )
5. Putri Labu Iba                     ( Ririn )
6. Putri Rina Ningsih              (Ellen )
7. Putri Ratna Ayu Wideradin ( Ajeng )
8. Raden Witarasiri                 ( Akhmad Nawawi )
9. Pangeran Kitabmuncar        ( Wisnu )
10. Rangda Sayoman              ( Rizky )
11. Raja Indra Sekar               ( Gunawan )
            Dahulu kala di Lombok, NTB berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Indrapandita. Raja itu memilki 6 orang putri yang cantik-cantik. Anak sulunmg bernama Denda Wingi, yang kedua bernama Sini Mari, yang ketiga bernama Daemuni, yang keempat bernama Labu Iba, yang kelima bernama Rina Ningsih dan yang keenam bernama Ratna Ayu Wideradin. Dari keenam putri raja tersebut sibungsulah yang paling cantik dan mempesona, sehingga tidak mengherankan jika sibungsu menjadi idola para pemuda dari berbagai negeri.

            Karena kecantikan Ratna Ayu Wideradin tersebut sehingga membuat iri kelima saudarinya terutama si sulung Denda Wingi.
            Pada suatu pagi Denda Wingi dan keempat saudaranya sedang berbincang-bincang ditaman dekat istana
Denda Wingi   : ” Adik-adiku, kehadiran sibungsu telah mengganggu ketentraman kita.”
Rina Ningsih   : “ Benar itu Ayunda, dia telah menarik hati semua pemuda dinegeri ini.”
Labu Iba          : “ Iya memang, jadi apa yang harus kita lakukan terhadapnya. Yunda ?”
Denda Wingi   : “ Untuk itu, kita berkumpul disini, Ayunda punya rencana ?”
Dae Muni        : “ Apa itu, Yunda ?”
Denda Wingi   : “ Begini !, bagaimana jika kita menyewa seorang pemuda untuk memfitnah
Ratna Ayu !”
Sini Mari         : “ Tapi bagaimana caranya, ayahana tidak akan percaya dengan
omongannya”.
Denda Wingi   : “ Jadi, kita suruh pemuda itu, untuk menghadap ayahanda dan berkata
bahwa ia telah melakukan hal yang membuat malu kerajaan”.
Sini Mari         : “ Tapi itu tidak mungkin, karena ayahanda sangat membutuhkan bantuan
kalian untuk kelancaran ini “.
Putri-putri lain : “ Baiklah Ayunda”.
( Setelah mereka berdiskusi, merekapun mulai melaksanakan rencana mereka dan
menghadap raja )        
Denda Wingi   : “ Sendiko Ayahanda, terimalah hormat kami”.
Raja Indrapandita       : “ Iya ada apa anak-anak ku ?“
Denda Wingi               : “ Begini ayahanda, kemarin aku melihat Ratna Ayu sedang duduk
berdua dengan seorang pemuda ditaman dekat istana”.
Raja Indrapandita       : “ Lalu memang kenapa ? dan siapa pemuda itu ?”
Dae Muni                    : “ Kami tidak tau ayahanda, tapi yang kami tau dia adalah pemuda
dari negeri sebrang”.
Sini Mari                     : “ Iyah Ayahanda, dan setelah kami selidiki ternyta pemuda tersebut
memiliki hubungan istimewa dengan Ratna Ayu”.
Rina Ningsih               : “ Benar Ayahanda dan kata pemuda tersebut dia telah berbuat yang
tidak baik dengan Ratna Ayu, sehingga merekamencoreng nama
baik istana”.
Raja Indrapandita       : “ Apa kalian bilang ? Jangan bercanda kalian !”
Denda Wingi               : “ Kami tidak bercanda ayahanda, kami dapat membuktikannya pada
ayahanda!”
Raja Indrapandita       : “ Baiklah kalau begitu, buktikan omongan kalian !”
Denda Wingi               : “ Sini mari, Labu Iba, sekarang juga kalian bawa pemuda tersebut
kehadapan ayahanda !”
Sini Mari dan Labu Iba           : “ Baiklah Ayundah !”
( Akhirnya mereka kembali dengan membawa pemuda itu )
Labu Iba                      : “ Ini Ayahanda !”
Raja Indrapandita       : “ Apakah kamu benar telah melakukan hal yang tidak baik terhadap
putriku Ratna Ayu ?”
Pemuda                       : “ mm.... mm.... mm.... i.... i... iya baginda”.
Raja Indrapandita       : “ Apa ?? Pegawal jebloskan dia kepenjara !”
Pengawal                     : “ Sendiko baginda “.
( Setelah pemuda itu dibawa kepenjara, rajapun murka dan iya memanggil Ratna
Ayu )
Ratna Ayu                   : “ Hormat saya Ayahanda !” Ada apa ayahanda memanggil saya ?”
Raja Indrapandita       : “ Dasar anak tidak tau diri, kamu telah membuat malu kerajaan ini.
                                     Sebagai hukuman atas perbuatanmu, mulai saat ini kamu tinggal
                                     digubuk yang ada dibelakang lingkungan istana ini !”
Ratna Ayu                   : “ Apa salah ananda ? Kenapa tiba-tiba ayahanda murka terhadap
ananda ?”
Raja Indrapandita       : “ Sudah tidak usah banyak omong, cepat keluar dari istana dan
tinggalah digubuk itu ! Disana kamu akan tinggal dengan Rangda
Sayoman”.
Ratna Ayu                   : “ Tap... tapi ayahanda !”
Raja Indrapandita       : “ Pengawal bawa putri Ratna Ayu kegubuk belakang istana !”
Pengawal                     : “ Sendiko raja !”
( Akhirnya setelah kejadian tersebut putri bungsu harus tinggal digubuk bambu dibelakang
istana ) gubuk itu.
Rangda Sayoman        : “ Kenapa kamu menangis putri ?”
Ratna Ayu                   : “ Hehehehehe.......kenapa semua itu terjadi padaku, sehingga
ayahanda murka terhadap ku ?”
Rangda Sayoman        : “ Kasihan sekali kamu putri, kamu harus menerima semua ini, semua
yang tidak pernah kamu lakukan. Sabarlah putri, kebenaran pasti
akan terungkap”.
Ratna Ayu                   : “ Iya Inang “
Rangda Sayoman        : “ Karena semua ini maka aku berinama kamu Putri Winangsia yang
artinya putri yang tesia-sia”.
( Disana putri Winangsia mengisi hari-harinya dengan melukis dan menulis syair Yang indah. Bakat itu sudah ia miliki sejak ia kecil. Pada suatu hari )
Ratna Ayu                   : “ Hmm...... apa yang harus saya lakukan hari ini, Inangsedang
kepasar”.
( Setelah beberapa saat ia berfikir )
Ratna Ayu                   : “ Aa.... ku lukis saja wajah ku dan ku buat syair tentang nasib ku “.
( Setelah ia selesai melukis wajahnya dan menulis syair tentang nasibnya)
Ketika ia ingin menggulung kertas tersebut tiba-tiba angin kencang datang dan
menerbangkan kertas itu. Kertas itu melayang tinggi keangkasa hingga menuju pulau jawa.
Dan akhirnya tersangkut dipohon yang ada kolam pemandian seorang pangeran yang
bernama Raden Witarasari . Ia adalah putra sulung dari Raja Indra Sekar peguasa sebuah
kerajaan di Jawa. Raja Indra Sekar ternyata bersaudara dengan Raja Indrapandita ayahanda
putri Ratna Ayu. Raden Witarasari mempunyai adik laki-laki yang sakti bernama Raden
Kitabmuncar. Keesokan harinya ketika Raden Witarasari hendak mandi dikolam
pemandiannya ia menemuan kertas yang tersangkut dipohon tempat pemandiannya dan
segera mengambilnya.
Raden Witarasari        : “ Cantik sekali gadis ini, tapi siapakah dia ?”
( Setelah ia menyelami isi syair itu dan bait ke bait tiba-tiba hatinya tersentuh
dan sedih . Saking sedihnya beliau jatuh pingsan. Untung adiknya datang menolong )
Raden Kitabmuncar    : “ Kang mas , kanda, bangun kanda !”
Raden Witarasari        : “ Dimas, kenapa kau disini ?”
Raden Kitabmuncar    : “ Aku melihat kang mas pingsan. Mengapa kang mas pingsan ?”
Raden Witarasari        : “ Dimas, lebih baik kau baca saja syair-syair dikertas ini”,
( Raden Kitabmuncarpun tak kuasa menahan air mata ketika membaca syair Tersebut )
Raden Kitabmuncar    : “ Kanda, kita harus segera menolongnya “.
Raden Witarasari        : “ Benar adikku, kita harus memberitahukan ayahanda terlebih
dahulu”.
( Merekapun berdua segera menghadap sang ayahanda dan meminta izin )
Raden Witarasari        : “Hormat kami ayahanda”
Raja                             : “Ada apa putra-putraku?”
Raden Witarasari        : “Begini ayahanda, barusan kami dari kolam pemandian dan
menemukan secarik kertas yang berisi lukisan dan syair-syair”.
Raja                             : “Apa maksudmu anakku?”
Raden Kitab Muncar  : Jadi begini ayahanda, syair-syair itu berisi tentang nasib seorang
gadis cantik dari negeri lombok, ia menderita karena keirian
sodari-sodarinya”.
Raja                             : “Lalu? Apa hubungannya dengan kita?”
Raden Witarasari        : “Gadis tersebut adalah Ratna Ayu Wideradin. Anak dari raja
Indrapandita sepupu kita.”
Raja                             : Baiklah segeralah kalian menolong saudara sepupu kalian yang
                                     malang itu!”
Kedua Raden              : “Sendiko Ayahanda”
(Merekapun pergi dari Istana, menuju pelabuhan) Dipelabuhan
Raden Witarasari        :”Adikku, kanda minta agar dibuatkan kapal dagang yang megah
                                     dengan barang-barang yang indah.”
Raden Kitab Mancur  : “Baiklah kanda, saya akan segera buatkan”.
(Dalam sekejap kapal yang diinginkan oleh raden witarasari pun dapat diselesaikan. Kemudian mereka menyamar sebagai pedagang, Raden Witarasari menyamar sebagai Jamal Malik dan Raden Kitab Muncar sebagai pembantunya. Setiba di Pelabuhan Lombok mereka mulai berdagang dengan harga yang murah sehingga terdengar oleh raja Indrapandita)
Raja Indrapandita       : “Anak-anakku barusan ayahanda mendengar bahwa ada kapal yang
membawa dagangan yang bagus-bagus-bagus dengan harga
murah jadi bersiap-siaplah kita akan kesana bersama-sama.”
Dendan Wingi             : “Baiklah ayah handa kami akan segera bersiap-siap.”
(Mereka pun pergi ke pelabuhan itu dan disana mereka pun pergi ke pelabuhan itu dan disana mereka disambut baik oleh Raden Witarasari dan Raden Kitab Muncur)
Raden Witarasari        :” Silahkan baginda barangkali ada barang-barang hamba yang cocok
                                     dengan baginda atau putri-putri baginda.”
Raja Indrapandita       :”Saya ingin membelikan pakaian yang indah-indah tersebut untuk
                                     kelima putri saya.”
Raden Witarasari        :”Apakah ada lagi baginda?”
Raja Indrapandita       :”Tidak”....
Raden Witarasari        :”Baiklah, tolong ambilkan dan bungkus pakaian-pakaian itu”.
Raden Kitabmuncar    :”Iya.....”
(Setelah rombongan raja tersebut pergi meniggalkan kapal itu, ratusan penduduk berdesak-desak naik ke kapal untuk belanja barang murah. Salah satunya adalah Inang randa sayoman)
Raden Kitabmuncar    : “Kanda orang itu adalah inangnya winangsia”.
Raden Witarasari        : “ Apakah kamu benar Dimas?”Jika begitu jadikan aku menjadi
monyet dan serahkan aku kepadanya.”
Raden Kitab Mancur  :”Baiklah Kangda.”
(Setelah Raden Witarasari menjadi monyet kemudian Raden Kitab Mancur menawarkannya pada Rangda Sayoman)
Raden Kitab Mancur  :”Apakah kau ingin membeli monyet ini, monyet ini ajaib dia bisa
                                     berbicara seperti manusia?”
Rangda Sayoman        : “Berapa harga monyet itu tuan?”
Raden Kitab Mancur  : “Berapun uang yang anda miliki monyet boleh anda bawa pulang.”
Inang Rangda             : “Baiklah, aku beli monyet ini”.
(Kemudian dia bawa pulang monyet itu untu diberikan pada Winangsia)
Rangda Sayoman        :”Ini aku belikan untukmu, Winangsia”.
Ratna Ayu                   :”Ahh... Terimakasih Inang kau sangat baik terhadapku”.
(Alangkah senangnya hati winangsia karena memiliki monyet yang pandai berbicara. Saking sayangnya terhadap monyet itu, winangsia selalu membawanya kemanapun ia pergi, Suatu hari Wangsia sedang bermain dengan monyetnya ditaman belakang istana!
Monyet                        : “Apa yang kamu ingin mainkan, Putri? Janganlah kamu selalu
bersedih.”
Ratna Ayu                   : “Terimakasih monyet, kamu sudah menghiburku.”
(Dari kejauhan ternyata senda gurau mereka tidak sengaja dilihat oleh Sini Mari dan Labu
Iba)
Sini Mari                     : “Hey lihat itu, si bungsu sedang bermain dengan si Monyet buduk
                                     itu.”
Labu Iba                      :”Iya, ayo kita kasih tahu saudara kita yang lain.”
            (Merekapun menghampiri Denda Wingi , Dae Muni, Rina Ningsih, dikamar mereka)
Sini Mari                     : “Yunda, kami tidak sengaja melihat sibungsu sedang bermain dengan
                                     monyet buduknya.”
Denda Wingi               :”Benarkah?”
Labu Iba                      :”Ya, Yunda?”
Denda Wingi               : Dimana mereka?”
Sini Mari                     : Mereka ada ditaman Yunda”
Denda Wingi               :” Ayo kita kecana”.
(Kelima saudara itupun menuju ketaman dimana Ratna Ayu dan monyetnya bermain)
Denda Wingi               :”Hey dasar putri buangan, tidak bisa beli hewan yang lebih baik lagi
                         apa? Selain monyet.”
Dea Muni                    :”Lihat ini binatang piaraan aku lebih bagus dan mahal dibanding
sama monyet kamu yang jelek buduk.”
(Ratna Ayu pun hanya bisa terdiam dan membisu. Kemudian kelima putri itu pun pergi
meninggalkan Ratna Ayu dan monyetnya Dikeheningan malam, didekat gubuk tersebut
Ratna Ayu menangis).
Monyet                        :”Janganlah kamu menangis putri. Biarkan saja mereka berkata apa?”
Putri Ratna                  :”Tetapi mereka telah menghinamu, dan sebenarnya aku tidak terima
                                     dengan hinaan mereka”.
Monyet                        :”Tidak apa-apa Putri. Sebenarnya mereka ini terhadapmu, karena
semua yang ada pada dirimu tidak dapat dimiliki oleh merek “Jadi
Tersenyumlah”.
Ratna Ayu                   :”Kamu memang benar monyet”.
(Tka disangka percakapan mereka didengar oleh Dae Muni dan dia langsung melaporkan kepada saudara-saudaranya yang lain)
Dae Muni                    :”Ayuhanda, tadi aku tak sengaja mendengar Ratna Ayu dan
monyetnya bercakap-cakap”.
Denda Wingi               : “lalu kenapa?”
Dae Muni                    :”Kamu tau ayunda? Ternyata monyet buduk itu ajaib. Dia dapat
berbicara.”
Denda Wingi               :”Apa?? Itu tak mungkin.”
Dea Muni                    :”Bener Yunda aku mendengarnya sendiri.”
Denda Wingi               :”Jika begitu kita harus rebut monyet itu dari Ratna Ayu.”
Sini Mari                     :”Iya benar Ayunda, tapi apa rencana kita”.
Denda Wingi               :”Aku punya ide”.
Rina Ningsih               :”Apa itu Ayunda”.
Denda Wingi               :”Begini, kita suruh saja ayahanda untuk menyuruh seluruh putri
                                     menari bersama-sama di Pendapa.”
Rina Ningsih               :”Lalu...
Denda Wingi               :”Dasar bodoh, ya tentu ada syaratnya.”
Labu Iba                      :”Apa syaratnya Yunda...?”
Denda Wingi               :”Syaratnya harus berpakaian bagus dan indah.”
Rina Ningsih               :”baiklah kalo gitu, dia kan tidak mempunyai pakaian indah dan bagus
seperti kita.”
(Keesokan harinya kelima putri tersebut menemui bungsu)
Sini Mari                     :”Hai Si Bungsu jika kamu tidak menari dengan pakaian yang indah
                                     dan bagus maka kamu akan celaka dan monyet itu akan menjadi
                                     milik kami.”
(Putri bungsu yang malang itupun hanya bisa pasrah).
Monyet                        :”Kasihan winangsiah aku harus membantunya.”
(Malam harinya monyet penjelmaan Raden Warasari kembali ke kapal dan mengambil pakaian tari pesta dan segala perlengkapannya. Sebelum dia pergi ia menanggalkan pakaian monyetnya digubuk Wunangsial. Ternyata Putri Winangsiah belum tidur sehingga dan berjalan-jalan keluar gubuk.
Putri Winangsiah         :”Apa ini? Baju apaan itu, mungkin ini hanya sampah, jadi aku bakar
                                     saja.”
(Tak lama kemudian Raden Witarasi kembali, akan tetapi ia tidak menemukan pakaian monyetnya)
Raden Witarasati        : “Hah, dimana pakaian monyet saya, perasaan saya letakkan disini.”
(Tiba-tiba ia bertemu dengan Winangsiah)
Winangsiah                 :”Hey siapa kamu, dan mau apa kamu kemari?”
Witarasari                    :”Aku adalah Raden Witarasari Putra dari raj Indra Sekar. Sepupumu
                         dari tanah jawa, aku kesini ingin menolongmu dari semua derita
yang kau rasakan.”
Winangsiah                 : Bagaimana kamu bisa tau?”
Witarasari                    :”Karena syair-syair dan lukisan yang kamu buat dulu.”
(Keesokan harinnya Kelima saudara-saudaranya sudah menunggu dan menggenakan pakaian yang indah namun tiba-tiba mereka terkejut melihat Winangsiah berjalan menuju pendapa dengan pakaian yang bagus dan didampingi seorang pemuda yang tampan. Winangsiah tampak begitu cantik dan anggun).
Rina Ningsih               :”Ayunda siapa dia, bukankah itu Winangsiah”
Dinda Wingi               :”Iya benar tapi bukankah dia tidak mempunyai pakaian seindah dan
                                     sebagus itu”.
Labu Iba                      :”Iya benar, tapi siapa pemudas tampan itu?”.
(Winangsiah hanya bercegur senyum saat menari ia tampil dengan percaya diri dan sungguh menghibur para penonton terutama sang Raja)
Raja                             :”Hai Pemudas siapa kamu dan kenapa kamu ada disini”.
Raden Witasari           :”Baginda hamba Raden Witarasari Putra dari raja Indra Sekar dan
                                     Tanah Jawa, hamba disini untuk menyampaikan pesan disini untuk
                                     menyampaikan pesan tentang kebenaran yang selama ini ada
                                     dikerajaan ini”.
Raja                             :”Oh....Kau adalah keponakan ku, tapi apa maksudmu itu”.
Raden Witasari           :”Sebenarnya selama ini Putri Ratna Ayu Wideradin tidak bersalah ia
                                     hanya difitnah oleh saudara-saudaranya karena mereka iri
                                     terhadapnya.”
Raja                             :”Apa kamu bilang! Benarkah wahai anak-anakku”.
Dinda Wingi               :”Maafkan kami ayahanda memang benar kita telah memfitnah Ratna
                                     Ayu Wideradiri”.
Raja                             : “Kurang Ajar Kalian! Maafkan ayah handa putri Ratna karena ayah
tidak percaya padamu, selama ini.”
Ratna Ayu                   :”Tidak apa-apa ayah handa sekarang kebenaran telah terungkap”.
Raja                             :”Untuk kalian harus dihukum, kalian harus merasakan apa yang adik
                                     kalian rasakan pegawai bawa mereka pergi
(Dan Kerajaana Hidup Damai)
The End ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar