1. Raja Indrapandita (
Rohman . M )
2. Putri Denda Wingi (
Lisa )
3. Putri Sini Mari (
Nikmatul )
4. Putri Dae Muni
( Nurjamila )
5. Putri Labu Iba (
Ririn )
6. Putri Rina Ningsih (Ellen
)
7. Putri Ratna Ayu Wideradin ( Ajeng )
8. Raden Witarasiri (
Akhmad Nawawi )
9. Pangeran Kitabmuncar ( Wisnu )
10. Rangda Sayoman (
Rizky )
11. Raja Indra Sekar (
Gunawan )
Dahulu
kala di Lombok, NTB berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Indrapandita.
Raja itu memilki 6 orang putri yang cantik-cantik. Anak sulunmg bernama Denda
Wingi, yang kedua bernama Sini Mari, yang ketiga bernama Daemuni, yang keempat
bernama Labu Iba, yang kelima bernama Rina Ningsih dan yang keenam bernama
Ratna Ayu Wideradin. Dari keenam putri raja tersebut sibungsulah yang paling
cantik dan mempesona, sehingga tidak mengherankan jika sibungsu menjadi idola
para pemuda dari berbagai negeri.
Karena
kecantikan Ratna Ayu Wideradin tersebut sehingga membuat iri kelima saudarinya
terutama si sulung Denda Wingi.
Pada
suatu pagi Denda Wingi dan keempat saudaranya sedang berbincang-bincang ditaman
dekat istana
Denda Wingi : ”
Adik-adiku, kehadiran sibungsu telah mengganggu ketentraman kita.”
Rina Ningsih :
“ Benar itu Ayunda, dia telah menarik hati semua pemuda dinegeri ini.”
Labu Iba :
“ Iya memang, jadi apa yang harus kita lakukan terhadapnya. Yunda ?”
Denda Wingi : “
Untuk itu, kita berkumpul disini, Ayunda punya rencana ?”
Dae Muni :
“ Apa itu, Yunda ?”
Denda Wingi : “ Begini !, bagaimana jika kita menyewa
seorang pemuda untuk memfitnah
Ratna Ayu !”
Sini Mari :
“ Tapi bagaimana caranya, ayahana tidak akan percaya dengan
omongannya”.
Denda Wingi : “
Jadi, kita suruh pemuda itu, untuk menghadap ayahanda dan berkata
bahwa ia telah
melakukan hal yang membuat malu kerajaan”.
Sini Mari : “ Tapi itu tidak mungkin, karena
ayahanda sangat membutuhkan bantuan
kalian untuk
kelancaran ini “.
Putri-putri
lain : “ Baiklah Ayunda”.
( Setelah
mereka berdiskusi, merekapun mulai melaksanakan rencana mereka dan
menghadap
raja )
Denda Wingi : “
Sendiko Ayahanda, terimalah hormat kami”.
Raja Indrapandita :
“ Iya ada apa anak-anak ku ?“
Denda Wingi : “ Begini ayahanda, kemarin aku
melihat Ratna Ayu sedang duduk
berdua
dengan seorang pemuda ditaman dekat istana”.
Raja
Indrapandita : “ Lalu memang kenapa
? dan siapa pemuda itu ?”
Dae Muni : “ Kami tidak tau ayahanda,
tapi yang kami tau dia adalah pemuda
dari negeri
sebrang”.
Sini Mari : “ Iyah Ayahanda, dan
setelah kami selidiki ternyta pemuda tersebut
memiliki
hubungan istimewa dengan Ratna Ayu”.
Rina Ningsih : “ Benar Ayahanda dan kata
pemuda tersebut dia telah berbuat yang
tidak baik
dengan Ratna Ayu, sehingga merekamencoreng nama
baik
istana”.
Raja
Indrapandita : “ Apa kalian bilang ?
Jangan bercanda kalian !”
Denda Wingi : “ Kami tidak bercanda ayahanda,
kami dapat membuktikannya pada
ayahanda!”
Raja Indrapandita :
“ Baiklah kalau begitu, buktikan omongan kalian !”
Denda Wingi :
“ Sini mari, Labu Iba, sekarang juga kalian bawa pemuda tersebut
kehadapan
ayahanda !”
Sini Mari dan Labu Iba :
“ Baiklah Ayundah !”
( Akhirnya
mereka kembali dengan membawa pemuda itu )
Labu Iba : “ Ini Ayahanda !”
Raja
Indrapandita : “ Apakah kamu benar
telah melakukan hal yang tidak baik terhadap
putriku
Ratna Ayu ?”
Pemuda :
“ mm.... mm.... mm.... i.... i... iya baginda”.
Raja
Indrapandita : “ Apa ?? Pegawal
jebloskan dia kepenjara !”
Pengawal : “ Sendiko baginda “.
( Setelah
pemuda itu dibawa kepenjara, rajapun murka dan iya memanggil Ratna
Ayu )
Ratna Ayu : “ Hormat saya Ayahanda !”
Ada apa ayahanda memanggil saya ?”
Raja
Indrapandita : “ Dasar anak tidak
tau diri, kamu telah membuat malu kerajaan ini.
Sebagai hukuman atas perbuatanmu, mulai saat
ini kamu tinggal
digubuk yang ada dibelakang lingkungan istana
ini !”
Ratna Ayu : “ Apa salah ananda ? Kenapa
tiba-tiba ayahanda murka terhadap
ananda ?”
Raja
Indrapandita : “ Sudah tidak usah
banyak omong, cepat keluar dari istana dan
tinggalah
digubuk itu ! Disana kamu akan tinggal dengan Rangda
Sayoman”.
Ratna Ayu : “ Tap... tapi ayahanda !”
Raja
Indrapandita : “ Pengawal bawa putri
Ratna Ayu kegubuk belakang istana !”
Pengawal : “ Sendiko raja !”
( Akhirnya
setelah kejadian tersebut putri bungsu harus tinggal digubuk bambu dibelakang
istana )
gubuk itu.
Rangda
Sayoman : “ Kenapa kamu menangis
putri ?”
Ratna Ayu : “ Hehehehehe.......kenapa
semua itu terjadi padaku, sehingga
ayahanda
murka terhadap ku ?”
Rangda
Sayoman : “ Kasihan sekali kamu
putri, kamu harus menerima semua ini, semua
yang tidak
pernah kamu lakukan. Sabarlah putri, kebenaran pasti
akan
terungkap”.
Ratna Ayu :
“ Iya Inang “
Rangda
Sayoman : “ Karena semua ini maka
aku berinama kamu Putri Winangsia yang
artinya
putri yang tesia-sia”.
( Disana putri Winangsia mengisi hari-harinya dengan
melukis dan menulis syair Yang indah. Bakat itu sudah ia miliki sejak ia kecil.
Pada suatu hari )
Ratna Ayu : “ Hmm...... apa yang harus
saya lakukan hari ini, Inangsedang
kepasar”.
( Setelah
beberapa saat ia berfikir )
Ratna Ayu : “ Aa.... ku lukis saja wajah
ku dan ku buat syair tentang nasib ku “.
( Setelah ia
selesai melukis wajahnya dan menulis syair tentang nasibnya)
Ketika ia ingin menggulung kertas tersebut tiba-tiba
angin kencang datang dan
menerbangkan kertas itu. Kertas itu melayang tinggi
keangkasa hingga menuju pulau jawa.
Dan akhirnya tersangkut dipohon yang ada kolam
pemandian seorang pangeran yang
bernama Raden Witarasari . Ia adalah putra sulung dari
Raja Indra Sekar peguasa sebuah
kerajaan di Jawa. Raja Indra Sekar ternyata bersaudara
dengan Raja Indrapandita ayahanda
putri Ratna Ayu. Raden Witarasari mempunyai adik
laki-laki yang sakti bernama Raden
Kitabmuncar. Keesokan harinya ketika Raden Witarasari
hendak mandi dikolam
pemandiannya ia menemuan kertas yang tersangkut
dipohon tempat pemandiannya dan
segera
mengambilnya.
Raden
Witarasari : “ Cantik sekali gadis
ini, tapi siapakah dia ?”
( Setelah ia
menyelami isi syair itu dan bait ke bait tiba-tiba hatinya tersentuh
dan sedih .
Saking sedihnya beliau jatuh pingsan. Untung adiknya datang menolong )
Raden
Kitabmuncar : “ Kang mas , kanda,
bangun kanda !”
Raden
Witarasari : “ Dimas, kenapa kau
disini ?”
Raden
Kitabmuncar : “ Aku melihat kang mas
pingsan. Mengapa kang mas pingsan ?”
Raden
Witarasari : “ Dimas, lebih baik
kau baca saja syair-syair dikertas ini”,
( Raden
Kitabmuncarpun tak kuasa menahan air mata ketika membaca syair Tersebut )
Raden
Kitabmuncar : “ Kanda, kita harus
segera menolongnya “.
Raden
Witarasari : “ Benar adikku, kita
harus memberitahukan ayahanda terlebih
dahulu”.
( Merekapun
berdua segera menghadap sang ayahanda dan meminta izin )
Raden
Witarasari : “Hormat kami ayahanda”
Raja : “Ada apa
putra-putraku?”
Raden
Witarasari : “Begini ayahanda,
barusan kami dari kolam pemandian dan
menemukan
secarik kertas yang berisi lukisan dan syair-syair”.
Raja : “Apa maksudmu
anakku?”
Raden Kitab
Muncar : Jadi begini ayahanda,
syair-syair itu berisi tentang nasib seorang
gadis cantik
dari negeri lombok, ia menderita karena keirian
sodari-sodarinya”.
Raja : “Lalu? Apa
hubungannya dengan kita?”
Raden
Witarasari : “Gadis tersebut adalah
Ratna Ayu Wideradin. Anak dari raja
Indrapandita
sepupu kita.”
Raja : Baiklah segeralah
kalian menolong saudara sepupu kalian yang
malang itu!”
Kedua Raden : “Sendiko Ayahanda”
(Merekapun
pergi dari Istana, menuju pelabuhan) Dipelabuhan
Raden
Witarasari :”Adikku, kanda minta agar
dibuatkan kapal dagang yang megah
dengan barang-barang yang indah.”
Raden Kitab
Mancur : “Baiklah kanda, saya akan segera
buatkan”.
(Dalam sekejap kapal yang diinginkan oleh raden
witarasari pun dapat diselesaikan. Kemudian mereka menyamar sebagai pedagang,
Raden Witarasari menyamar sebagai Jamal Malik dan Raden Kitab Muncar sebagai
pembantunya. Setiba di Pelabuhan Lombok mereka mulai berdagang dengan harga
yang murah sehingga terdengar oleh raja Indrapandita)
Raja
Indrapandita : “Anak-anakku barusan
ayahanda mendengar bahwa ada kapal yang
membawa
dagangan yang bagus-bagus-bagus dengan harga
murah jadi
bersiap-siaplah kita akan kesana bersama-sama.”
Dendan Wingi : “Baiklah ayah handa kami akan
segera bersiap-siap.”
(Mereka pun pergi ke pelabuhan itu dan disana mereka
pun pergi ke pelabuhan itu dan disana mereka disambut baik oleh Raden
Witarasari dan Raden Kitab Muncur)
Raden
Witarasari :” Silahkan baginda
barangkali ada barang-barang hamba yang cocok
dengan baginda atau putri-putri baginda.”
Raja
Indrapandita :”Saya ingin membelikan
pakaian yang indah-indah tersebut untuk
kelima putri saya.”
Raden
Witarasari :”Apakah ada lagi
baginda?”
Raja
Indrapandita :”Tidak”....
Raden
Witarasari :”Baiklah, tolong
ambilkan dan bungkus pakaian-pakaian itu”.
Raden
Kitabmuncar :”Iya.....”
(Setelah rombongan raja tersebut pergi meniggalkan
kapal itu, ratusan penduduk berdesak-desak naik ke kapal untuk belanja barang
murah. Salah satunya adalah Inang randa sayoman)
Raden
Kitabmuncar : “Kanda orang itu adalah
inangnya winangsia”.
Raden
Witarasari : “ Apakah kamu benar
Dimas?”Jika begitu jadikan aku menjadi
monyet dan
serahkan aku kepadanya.”
Raden Kitab
Mancur :”Baiklah Kangda.”
(Setelah Raden Witarasari menjadi monyet kemudian Raden
Kitab Mancur menawarkannya pada Rangda Sayoman)
Raden Kitab
Mancur :”Apakah kau ingin membeli monyet
ini, monyet ini ajaib dia bisa
berbicara seperti manusia?”
Rangda
Sayoman : “Berapa harga monyet itu
tuan?”
Raden Kitab
Mancur : “Berapun uang yang anda miliki
monyet boleh anda bawa pulang.”
Inang Rangda : “Baiklah, aku beli monyet ini”.
(Kemudian dia bawa pulang monyet itu untu diberikan
pada Winangsia)
Rangda
Sayoman :”Ini aku belikan untukmu,
Winangsia”.
Ratna Ayu :”Ahh... Terimakasih Inang kau
sangat baik terhadapku”.
(Alangkah senangnya hati winangsia karena memiliki
monyet yang pandai berbicara. Saking sayangnya terhadap monyet itu, winangsia
selalu membawanya kemanapun ia pergi, Suatu hari Wangsia sedang bermain dengan
monyetnya ditaman belakang istana!
Monyet : “Apa yang kamu ingin
mainkan, Putri? Janganlah kamu selalu
bersedih.”
Ratna Ayu : “Terimakasih monyet, kamu
sudah menghiburku.”
(Dari
kejauhan ternyata senda gurau mereka tidak sengaja dilihat oleh Sini Mari dan
Labu
Iba)
Sini Mari : “Hey lihat itu, si bungsu
sedang bermain dengan si Monyet buduk
itu.”
Labu Iba :”Iya, ayo kita kasih tahu
saudara kita yang lain.”
(Merekapun
menghampiri Denda Wingi , Dae Muni, Rina Ningsih, dikamar mereka)
Sini Mari : “Yunda, kami tidak
sengaja melihat sibungsu sedang bermain dengan
monyet buduknya.”
Denda Wingi :”Benarkah?”
Labu Iba :”Ya, Yunda?”
Denda Wingi : Dimana mereka?”
Sini Mari : Mereka ada ditaman Yunda”
Denda Wingi :” Ayo kita kecana”.
(Kelima saudara itupun menuju ketaman dimana Ratna Ayu
dan monyetnya bermain)
Denda Wingi :”Hey dasar putri buangan, tidak
bisa beli hewan yang lebih baik lagi
apa? Selain monyet.”
Dea Muni :”Lihat ini binatang piaraan
aku lebih bagus dan mahal dibanding
sama monyet
kamu yang jelek buduk.”
(Ratna Ayu
pun hanya bisa terdiam dan membisu. Kemudian kelima putri itu pun pergi
meninggalkan
Ratna Ayu dan monyetnya Dikeheningan malam, didekat gubuk tersebut
Ratna Ayu
menangis).
Monyet :”Janganlah kamu
menangis putri. Biarkan saja mereka berkata apa?”
Putri Ratna :”Tetapi mereka telah
menghinamu, dan sebenarnya aku tidak terima
dengan hinaan mereka”.
Monyet :”Tidak apa-apa Putri.
Sebenarnya mereka ini terhadapmu, karena
semua yang ada
pada dirimu tidak dapat dimiliki oleh merek “Jadi
Tersenyumlah”.
Ratna Ayu :”Kamu memang benar monyet”.
(Tka disangka percakapan mereka didengar oleh Dae Muni
dan dia langsung melaporkan kepada saudara-saudaranya yang lain)
Dae Muni :”Ayuhanda, tadi aku tak
sengaja mendengar Ratna Ayu dan
monyetnya
bercakap-cakap”.
Denda Wingi : “lalu kenapa?”
Dae Muni :”Kamu tau ayunda? Ternyata
monyet buduk itu ajaib. Dia dapat
berbicara.”
Denda Wingi :”Apa?? Itu tak mungkin.”
Dea Muni :”Bener Yunda aku mendengarnya
sendiri.”
Denda Wingi :”Jika begitu kita harus rebut
monyet itu dari Ratna Ayu.”
Sini Mari :”Iya benar Ayunda, tapi
apa rencana kita”.
Denda Wingi :”Aku punya ide”.
Rina Ningsih :”Apa itu Ayunda”.
Denda Wingi :”Begini, kita suruh saja
ayahanda untuk menyuruh seluruh putri
menari bersama-sama di Pendapa.”
Rina Ningsih :”Lalu...
Denda Wingi :”Dasar bodoh, ya tentu ada
syaratnya.”
Labu Iba :”Apa syaratnya Yunda...?”
Denda Wingi :”Syaratnya harus berpakaian
bagus dan indah.”
Rina Ningsih :”baiklah kalo gitu, dia kan
tidak mempunyai pakaian indah dan bagus
seperti
kita.”
(Keesokan harinya kelima putri tersebut menemui
bungsu)
Sini Mari :”Hai Si Bungsu jika kamu
tidak menari dengan pakaian yang indah
dan bagus maka kamu akan celaka dan monyet itu
akan menjadi
milik kami.”
(Putri bungsu yang malang itupun hanya bisa pasrah).
Monyet :”Kasihan winangsiah aku
harus membantunya.”
(Malam harinya monyet penjelmaan Raden Warasari
kembali ke kapal dan mengambil pakaian tari pesta dan segala perlengkapannya.
Sebelum dia pergi ia menanggalkan pakaian monyetnya digubuk Wunangsial.
Ternyata Putri Winangsiah belum tidur sehingga dan berjalan-jalan keluar gubuk.
Putri Winangsiah :”Apa
ini? Baju apaan itu, mungkin ini hanya sampah, jadi aku bakar
saja.”
(Tak lama kemudian Raden Witarasi kembali, akan tetapi
ia tidak menemukan pakaian monyetnya)
Raden Witarasati :
“Hah, dimana pakaian monyet saya, perasaan saya letakkan disini.”
(Tiba-tiba ia bertemu dengan Winangsiah)
Winangsiah :”Hey
siapa kamu, dan mau apa kamu kemari?”
Witarasari :”Aku
adalah Raden Witarasari Putra dari raj Indra Sekar. Sepupumu
dari tanah jawa, aku kesini ingin menolongmu
dari semua derita
yang kau rasakan.”
Winangsiah :
Bagaimana kamu bisa tau?”
Witarasari :”Karena
syair-syair dan lukisan yang kamu buat dulu.”
(Keesokan harinnya Kelima saudara-saudaranya sudah
menunggu dan menggenakan pakaian yang indah namun tiba-tiba mereka terkejut
melihat Winangsiah berjalan menuju pendapa dengan pakaian yang bagus dan
didampingi seorang pemuda yang tampan. Winangsiah tampak begitu cantik dan
anggun).
Rina Ningsih :”Ayunda
siapa dia, bukankah itu Winangsiah”
Dinda Wingi :”Iya
benar tapi bukankah dia tidak mempunyai pakaian seindah dan
sebagus itu”.
Labu Iba :”Iya
benar, tapi siapa pemudas tampan itu?”.
(Winangsiah hanya bercegur senyum saat menari ia
tampil dengan percaya diri dan sungguh menghibur para penonton terutama sang
Raja)
Raja :”Hai
Pemudas siapa kamu dan kenapa kamu ada disini”.
Raden Witasari :”Baginda
hamba Raden Witarasari Putra dari raja Indra Sekar dan
Tanah Jawa, hamba disini untuk menyampaikan
pesan disini untuk
menyampaikan pesan tentang kebenaran yang
selama ini ada
dikerajaan ini”.
Raja :”Oh....Kau
adalah keponakan ku, tapi apa maksudmu itu”.
Raden Witasari :”Sebenarnya
selama ini Putri Ratna Ayu Wideradin tidak bersalah ia
hanya difitnah oleh saudara-saudaranya karena
mereka iri
terhadapnya.”
Raja :”Apa
kamu bilang! Benarkah wahai anak-anakku”.
Dinda Wingi :”Maafkan kami ayahanda memang benar
kita telah memfitnah Ratna
Ayu Wideradiri”.
Raja :
“Kurang Ajar Kalian! Maafkan ayah handa putri Ratna karena ayah
tidak
percaya padamu, selama ini.”
Ratna Ayu :”Tidak
apa-apa ayah handa sekarang kebenaran telah terungkap”.
Raja :”Untuk
kalian harus dihukum, kalian harus merasakan apa yang adik
kalian rasakan pegawai bawa mereka pergi
(Dan Kerajaana Hidup Damai)
The End ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar